top of page

Filter Kolam Koi - Buffer Biar Gak Baper

Gambar penulis: FX Keko SumowijoyoFX Keko Sumowijoyo

Diperbarui: 27 Des 2018

Komprehensi Kolam Koi

Bagian 5


pH yang naik-turun adalah salah satu faktor penyebab kegagalan pengelolaan kolam koi. Meskipun koi bisa hidup pada rentang pH 6-8, penghuni kolam bisa bertumbangan karena perubahan mendadak yang jamak disebut pH swing, yaitu perubahan >2 poin dalam 1 siklus diurnal (24 jam). Fakta ini mengharuskan pemilik kolam koi untuk mencegah terjadinya pH swing dengan cara buffering.



Kita tinggalkan dulu ilmu kimia dan rumus-rumusnya yang membunuh minat belajar sejak awal. Lihat Gambar 1 (yang saya ambil dari materi seminar saya). Andaikan semula anda mempunyai koleksi 2 Hi utsuri dan 1 Ochiba kemudian ditambah dengan 1 Chagoi dan 2 Ochiba, apakah yang ada dalam daftar koleksi anda? Mudah jawabnya, yaitu 2 Hi utsuri, 1 Chagoi, dan 3 Ochiba.


Sekarang kita pakai logika sederhana di atas untuk mencoba memahami kimia air. Kalau semula ada H2O (2 buah Hidrogen dan 1 Oksigen--dalam kimia jumlah ditulis di belakang unsur), kemudian ditambah CO2 (1 Carbon dan 2 Oksigen), maka akan menjadi H2CO3 (2 Hidrogen, 1 Carbon, dan 3 Oksigen). Sama persis dengan logika koleksi koi!


H2O adalah air, CO2 adalah carbon dioksida, dan H2CO3 adalah asam karbonat. Dengan kata lain, bila air ditambah carbon dioksida maka akan menjadi asam karbonat.

Dan faktanya, kolam koi adalah pabrik yang sangat produktif menghasilkan carbon dioksida, antara lain dari respirasi koi dan flora air, proses nitrifikasi*), dan oksidasi senyawa organik (pembusukan).





Ingat, sekarang anda mempunyai 2 Hi Utsuri, 1 Chagoi, dan 3 Ochiba. Anda bisa menampung koi-koi tersebut dalam satu kolam (gambar 2 paling kiri), bisa juga menampung mereka dalam dua kolam berbeda 1 Hi Utsuri, 1 Chagoi, dan 3 Ochiba dalam satu kolam, dan kolam lain menampung 1 Hi Utsuri. Pilihan lain yang anda miliki adalah menampung 1 Chagoi dan 3 Ochiba dalam kolam pertama, sedangkan kolam kedua menampung 2 Hi Utsuri. Begitu saja. Simpel.


H2CO3 bisa melepaskan 1 hidrogen sehingga menjadi HCO3 + H (bikarbonat + hidrogen). Unsur H bisa lepas lagi sehingga menjadi CO3 + 2H (karbonat + 2 hidrogen). Kedua proses tersebut menaikkan nilai pH. Hidrogen bisa juga diikat kembali, bergerak ke arah kiri, sehingga nilai pH turun. Lepas dan terikatnya hidrogen bisa terjadi dengan cepat pada skala yang tinggi sehingga terjadi pH swing.


Di sinilah diperlukannya alkalinitas yang diukur dengan skala KH (carbonate hardness), yang berfungsi sebagai buffer. Cara kerjanya bisa diibaratkan seperti spon--bila ada kelebihan air di dekatnya diserap, dan bila sekelilingnya kering air dilepaskan. Spon itulah yang dinamakan sebagai buffer.


Demikian juga KH, bila kadarnya mencapai paling tidak 100 mg/L CaCO3 di dalam air bisa menjalankan fungsi serupa sehingga menjadi pH buffer. Bila pH tinggi, hidrogen yang terlalu banyak di dalam air ditangkap dan diikat sehingga pH kembali ke nilai semula. Sebaliknya bila pH menukik, air miskin hidrogen, buffer melepaskan hidrogen ke dalam air sehingga pH kembali ke nilai semula. Dengan cara demikian, pergeseran nilai pH dalam skala besar dan mendadak bisa dicegah.


Penting sekali untuk menjaga KH pada kadar 100-150 mg/L agar pH mempunyai buffer sehingga tidak naik-turun bikin baper. Salah satu caranya adalah dengan menambahkan sodium bikarbonat (NaHCO3) / soda kue ke dalam kolam. Soda kue? Iya betul, soda kue! Tidak mau? Gunakan cangkang oyster karena mengandung kalsium karbonat dan bisa menikkan KH. Bagaimanapun, menggunakan suplemen yang mengandung bikarbonat yang dibuat dan dikemas khusus untuk kolam koi memudahkan pekerjaan buffering.


~semoga koi-koi kita berbahagia~


4.162 tampilan0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua
UPGRADE MEDIA

UPGRADE MEDIA

Commentaires


bottom of page